“Terlalu Indah Untuk Dilupakan”
Oleh : Riska
Sekolah,
tempat yang menurut sebagian orang adalah tempat yang penuh dengan berbagai
cerita, apalagi di masa SMA, cerita cinta, persahabatan, dan persaingan dalam
prestasi. Itulah yang Mutiara Farah Zhiba (Tiara) pikirkan. Tiara adalah siswi
pindahan dari SMA Negeri 2 Samalanga,
Aceh. Sekarang dengan perawakannya dan penampilannya yang bertambah lugu
setelah menjadi siswi baru di salah satu Sekolah Menengah Atas negeri di Medan.
Sekarang sudah memasuki semester 2 atau semester kenaikan kelas. Namun Tiara
belum juga bisa mendapat sahabat dan cerita-cerita manis seperti apa yang dia
dapat di sekolahnya dulu. Suatu hari di pojok kelas X, Tiara duduk sendiri
,terdiam,terpaku, dan teringat tentang masa sekolahnya yang dulu sangat indah. Sambil
memandangi album foto di tangannya, tanpa sadar Tiara menitikkan air mata. Entah
air mata sedih, haru, atau bahagia...
Satu
persatu memori masa SMA lama kembali dia buka. Dari awal pendaftaran sekolah
yang sangat rumit itu sampai saat terakhir ia pindah sekolah tanpa pamit kepada
teman-temannya. Karena sangat mendadak membuat teman-temannya kaget dan
mencari-cari tahu apa sebab Tiara pindah sekolah.
Masih
teringat tajam saat Masa Orientasi Siswa (MOS) di sekolahnya.Semua calon siswa
diwajibkan menuruti perintah kakak kelas yang menjunjung tinggi senioritasnya. Baik
menuruti untuk memakai aksesoris MOS yang aneh seperti memakai topi yang dibuat
dari daun pisang di kepalanya, memakai sepatu dan kaos kaki yang berbeda kedua
sisi warnanya, dan memakai tas dari karung beras, serta memakai kerudung dengan
gaya orang gila. “Hadeuuuuhw….dasar senior gila, kurang kerjaan. ” Kalimat itu yang Tiara
katakan ketika mendengar perintah dan peraturan perlengkapan MOS yang harus dilengkapi.
Hari
pertama MOS, tidak semulus yang Tiara pikirkan. Dia telat bangun, dan akibatnya
ditinggal bus yang biasa ditumpanginya. Alhasil dia datang ke sekolah tepat
saat upacara pembukaan MOS dimulai. Tiara sangat geger, tiba-tiba ada suara keras
dari Microphone tedengar “bagi peserta MOS yang bernama Mutiara Farah Zhiba, diharap
maju ke lapangan untuk mewakilkan semua peserta MOS tahun ini.” Tiara
terkejut,terperangah, dan kaget, jantungnya berdegup sangat kencang bagai suara
gendang. Dengan berat langkah, dia pun maju ke lapangan untuk menuruti
panggilan tersebut. Akhirnya ia pun menjadi “Sirkus percobaan” untuk peresmian
MOS di SMA itu. Sejak hari itu, Tiara menjadi terkenal, banyak dari peserta MOS
bahkan senior yang mengenalinya.
Hari ke
dua MOS, Tiara merasa sedikit senang karena senior yang mendampingi kelasnya
itu sangat lucu dan suka gombal . Dan ketika senior yang bernama Khalili atau
biasa dipanggil Bang Ie itu berbicara, Tiara selau ketawa-ketiwi dan membuat
teman-temannya ikut tertawa. Melihat hal tersebut, Bang Ie pun melihat ke arah Tiara
sangat lama, sehingga Tiara pun malu, dan diam dengan seketika. Ia dihukum jongkok
di depan kelas sambil melihat ke atas. Sebagai junior, Tiara pun menuruti saja
perintah konyol seniornya itu.
Hari ketiga
MOS, Tiara sedang duduk di lapangan bersama teman-teman barunya yang bernama Nur,
Sari,dan Zuhra, tiba-tiba ada kakak kelas yang lewat, dengan wajah manisnya dan
gaya jeleknya yang sok kuul. Tiara pun merasa suka dan tertarik dengan kakak
kelasnya itu dan mencoba mencaritahu siapa namanya. Mencari-cari tahu ke
teman-teman seangkatannya tidak ada yang tahu, dan akhirnya Tiara memberanikan
diri untuk bertanya kepada salah satu kakak kelasnya yang menurutnya ramah.
Alhasil Tiara tahu nama seniornya adalah Ijal.
Hari ketiga
MOS, tepat pukul 13.00 WIB setelah sholat dhuhur, ada acara penutupan MOS, sekolahnya
saat itu sangat ramai, ada penampilan
PASKIBRA, PRAMUKA, basket dan volly.
Semua penampilan sangat memukau menurutnya. Beberapa saat kemudian setelah Tiara
mulai capek dan ingin membeli minum, tiba-tiba ada yang memanggilnya dari
belakang, “Dek Tiara mau kemana?” dan itu adalah suaranya Ijal seniornya. “mau
beli minum bang” jawab Tiara singkat karena malu dan kaget. “nanti pulang sama
siapa? dijemput abangmu lagi gak?” tanya Bang Ijal lagi. “oh, euh, gak tau Bang,
ini abangku disms belum dibalas, mungkin pulang pake bus nanti bareng
teman-teman lain” jawab Tiara. “Mau abang anterin gak?” tanya Bang Ijal lagi. “ya,
liat nanti aja deh Bang, hehe” jawab Tiara sambil lari menuju kantin karena
sudah gak tahan dengan degupan jantungnya.
Pukul
16.00 WIB waktunya peserta pulang dan tiba-tiba Tiara lagi lagi dikagetkan oleh
Bang Ijal yang sudah siap dengan metiknya untuk mengantarkan Tiara pulang.
Terlihat bentuk lesung di pipinya Bang Ijal ketika melemparkan sebuah senyuman
untuk Tiara dari kejauhan. “kok udah nunggu aja sih?” tanya Tiara. “iya, kan
sesuai janji” jawab Bang Ijal sambil cengengesan. “Oh, iya ya ayo pulang” ajak Tiara
tanpa rasa malu lagi.
Hari
pertama sekolah dengan mengenakan seragam baru berwarna putih abu-abu, semua
siswa dan siswi baru memerkan wajah cerahnya, tergambar suasana ceria di wajah
mereka masing-masing, begitupun halnya yang dirasakan oleh Tiara. Pada hari
pertama itu Tiara menjadi bahan omongan dan ledekan teman-temanya dan
kakak-kakak kelasnya karena kedekatannya dengan Bang Ijal. Teman-temannya menganggap
ia sudah menjalin suatu hubungan antara keduanya. “Cie-cie yang baru jadian
sama senior” ledek teman sekelasnya yang duduk paling pojok kelas”. “apaan sih”
tegas Tiara singkat sambil senyum tanpa melihat ke arah temannya itu. Walaupun
diledekin banyak teman, Tiara tetap merasa senang dengan ledekan
teman-temannya.
Hari
berganti hari, jalinan hubungan antara Bang Ijal dengan Tiara terus berlanjut
hingga pada suatu hari ketika jam istirahat Bang Ijal menghampiri Tiara yang tengah
menyantap bakso Bu Tun di kantin sekolahnya. Dewi menyambut kedatangan Bang
Ijal dengan perasaan biasa saja dan langsung menawarkan makan bersama, tapi
Bang Ijal menolak. sekitar 5 menit Bang Ijal membuka obrolannya dengan banyak
pertanyaan-pertanyaan aneh yang dilemparkan kepada Tiara dan membuat Tiara
tertawa keras hingga seisi kantin memusatkan perhatian kepada mereka berdua.
Dan tiba pada akhir obrolan sebelum bel masuk kelas berbunyi Bang Ijal
mengutarakan perasaannya yang ia pendam selama MOS kepada Tiara. Tiara pun
membalas perasaan yang sama, yaitu perasaan suka.
Hari
berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan Tiara sudah
mempunyai banyak teman yang dijadikan sahabat dari teman seangkatan sampai
kakak kelas laki-laki maupun perempuan. Tiara menjalani hari-harinya dengan hati
yang selalu tersenyum, menerima setiap keadaan yang ia lewati. Hingga pada
suatu hari Bapaknya memutuskan untuk memindahkan sekolah Tiara ke suatu daerah
yang terbilang jauh dari tempat tinggalnya dengan alasan tidak sempat mengirimi
biaya sekolah Tiara setiap bulannya. Mendengar ajakan Bapaknya itu, Tiara
tertegun, ia sama sekali tidak menginginkan kejadian ini, rasanya ia ingin
berteriak, dan menangis sejadi-jadinya. Namun, apa yang bisa ia perbuat,
permintaan bapak selalu tidak dapat ia tolak.
Tiara sedang
asik mengenang masa lalunya, tiba-tiba salah seorang siswi di sekolah barunya
yang bernama Siti mengagetkannya. Siti adalah gadis yang sangat cerewet di
kelasnya, kulitnya berwarna sawo matang dan postur tubuhnya tidak gemuk tidak
juga kurus dan tinggi badannya sekitar 145 cm.
“Hei, Ra, ayo masuk kelas, ngapain sih ngelamun terus, ntar kemasukan
loh” ajak Siti. “Ah, iya ayo” jawab Tiara. kemudian keduanya masuk ke kelas
bersamaan dan melanjutkan obrolan dengan bercerita tentang keadaan sekolah lama
Tiara. Mulai dari pembicaraan itu, Tiara menjadi dekat dengan Siti dan menjalin
hubungan persahabatan antara keduanya.
...ooo...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar