Sabtu, 05 April 2014

Cerpen Inspiratif



SAHABATKU...
Masihkah kau ingat?
Masihkah tersimpan dalam buku pentingmu?
Masihkah membekas di hatimu?
masihkah kau coret tentangku?
masihkah kau bercerita tentangku?
masihkah kau mengharapku kembali?
            Sahabatku...
            Tauhukah seperti apa aku sekarang?
            tahukan bagaimana tentangku?
            Seperti apa?
Sahabatku...
Maisihkah kau bertanya?
Masihkah kau menjadi penasehat setiaku?
masihkah aku menjadi pewarna harimu?
masihkah kau membutuhkanku?
Masihkah kau berharap seperti yang kuharapkan?
            mengubah duka menjadi suka...




Wanita Tuaku...
pagi itu, pagi buta
Kenapa kau beranjak begitu cepat dari ranjangmu?
bukankah masih gelap?
tak inginkah kau menemaniku lagi?
bersama hangatnya balutan selimut cintamu
pagi itu, pagi buta...
suara itu, membangunkanmu untuk melakukan suatu kewajibanmu.
Suara itu membuat pegi gelap menjadi terang...
terang bak bola matamu...
            kau lembut, hangat...
Wanita tuaku, telah pergi.
Kita akan bertemu nanti...
Ketika masa itu tiba...




Pahlawan Merah-Putih
Malam yang gelap menjadi terang,
siang yang panas menjadi sejuk,
pagi yang dingin menjadi hangat,
hati yang rapuh menjadi kuat,
            Jiwa merah, dan putih terletak pada dirimu
             Kau pahlawanku,
            Membuat malam gelapku menjadi terang,
            membuat siang panasku menjadi sejuk,
            membuat pagi dinginku menjadi hangat...

Cerpen Remaja,


“Terlalu Indah Untuk Dilupakan”
Oleh : Riska
Sekolah, tempat yang menurut sebagian orang adalah tempat yang penuh dengan berbagai cerita, apalagi di masa SMA, cerita cinta, persahabatan, dan persaingan dalam prestasi. Itulah yang Mutiara Farah Zhiba (Tiara) pikirkan. Tiara adalah siswi pindahan dari  SMA Negeri 2 Samalanga, Aceh. Sekarang dengan perawakannya dan penampilannya yang bertambah lugu setelah menjadi siswi baru di salah satu Sekolah Menengah Atas negeri di Medan. Sekarang sudah memasuki semester 2 atau semester kenaikan kelas. Namun Tiara belum juga bisa mendapat sahabat dan cerita-cerita manis seperti apa yang dia dapat di sekolahnya dulu. Suatu hari di pojok kelas X, Tiara duduk sendiri ,terdiam,terpaku, dan teringat tentang masa sekolahnya yang dulu sangat indah. Sambil memandangi album foto di tangannya, tanpa sadar Tiara menitikkan air mata. Entah air mata sedih, haru, atau bahagia...
Satu persatu memori masa SMA lama kembali dia buka. Dari awal pendaftaran sekolah yang sangat rumit itu sampai saat terakhir ia pindah sekolah tanpa pamit kepada teman-temannya. Karena sangat mendadak membuat teman-temannya kaget dan mencari-cari tahu apa sebab Tiara pindah sekolah.
Masih teringat tajam saat Masa Orientasi Siswa (MOS) di sekolahnya.Semua calon siswa diwajibkan menuruti perintah kakak kelas yang menjunjung tinggi senioritasnya. Baik menuruti untuk memakai aksesoris MOS yang aneh seperti memakai topi yang dibuat dari daun pisang di kepalanya, memakai sepatu dan kaos kaki yang berbeda kedua sisi warnanya, dan memakai tas dari karung beras, serta memakai kerudung dengan gaya orang gila. “Hadeuuuuhw….dasar senior  gila, kurang kerjaan. ” Kalimat itu yang Tiara katakan ketika mendengar perintah dan peraturan perlengkapan MOS yang harus dilengkapi.
Hari pertama MOS, tidak semulus yang Tiara pikirkan. Dia telat bangun, dan akibatnya ditinggal bus yang biasa ditumpanginya. Alhasil dia datang ke sekolah tepat saat upacara pembukaan MOS dimulai. Tiara sangat geger, tiba-tiba ada suara keras dari Microphone tedengar “bagi peserta MOS yang bernama Mutiara Farah Zhiba, diharap maju ke lapangan untuk mewakilkan semua peserta MOS tahun ini.” Tiara terkejut,terperangah, dan kaget, jantungnya berdegup sangat kencang bagai suara gendang. Dengan berat langkah, dia pun maju ke lapangan untuk menuruti panggilan tersebut. Akhirnya ia pun menjadi “Sirkus percobaan” untuk peresmian MOS di SMA itu. Sejak hari itu, Tiara menjadi terkenal, banyak dari peserta MOS bahkan senior yang mengenalinya.  
Hari ke dua MOS, Tiara merasa sedikit senang karena senior yang mendampingi kelasnya itu sangat lucu dan suka gombal . Dan ketika senior yang bernama Khalili atau biasa dipanggil Bang Ie itu berbicara, Tiara selau ketawa-ketiwi dan membuat teman-temannya ikut tertawa. Melihat hal tersebut, Bang Ie pun melihat ke arah Tiara sangat lama, sehingga Tiara pun malu, dan diam dengan seketika. Ia dihukum jongkok di depan kelas sambil melihat ke atas. Sebagai junior, Tiara pun menuruti saja perintah konyol seniornya itu.
Hari ketiga MOS, Tiara sedang duduk di lapangan bersama teman-teman barunya yang bernama Nur, Sari,dan Zuhra, tiba-tiba ada kakak kelas yang lewat, dengan wajah manisnya dan gaya jeleknya yang sok kuul. Tiara pun merasa suka dan tertarik dengan kakak kelasnya itu dan mencoba mencaritahu siapa namanya. Mencari-cari tahu ke teman-teman seangkatannya tidak ada yang tahu, dan akhirnya Tiara memberanikan diri untuk bertanya kepada salah satu kakak kelasnya yang menurutnya ramah. Alhasil Tiara tahu nama seniornya adalah Ijal.
Hari ketiga MOS, tepat pukul 13.00 WIB setelah sholat dhuhur, ada acara penutupan MOS, sekolahnya  saat itu sangat ramai, ada penampilan PASKIBRA, PRAMUKA,  basket dan volly. Semua penampilan sangat memukau menurutnya. Beberapa saat kemudian setelah Tiara mulai capek dan ingin membeli minum, tiba-tiba ada yang memanggilnya dari belakang, “Dek Tiara mau kemana?” dan itu adalah suaranya Ijal seniornya. “mau beli minum bang” jawab Tiara singkat karena malu dan kaget. “nanti pulang sama siapa? dijemput abangmu lagi gak?” tanya Bang Ijal lagi. “oh, euh, gak tau Bang, ini abangku disms belum dibalas, mungkin pulang pake bus nanti bareng teman-teman lain” jawab Tiara. “Mau abang anterin gak?” tanya Bang Ijal lagi. “ya, liat nanti aja deh Bang, hehe” jawab Tiara sambil lari menuju kantin karena sudah gak tahan dengan degupan jantungnya.
Pukul 16.00 WIB waktunya peserta pulang dan tiba-tiba Tiara lagi lagi dikagetkan oleh Bang Ijal yang sudah siap dengan metiknya untuk mengantarkan Tiara pulang. Terlihat bentuk lesung di pipinya Bang Ijal ketika melemparkan sebuah senyuman untuk Tiara dari kejauhan. “kok udah nunggu aja sih?” tanya Tiara. “iya, kan sesuai janji” jawab Bang Ijal sambil cengengesan. “Oh, iya ya ayo pulang” ajak Tiara tanpa rasa malu lagi.
Hari pertama sekolah dengan mengenakan seragam baru berwarna putih abu-abu, semua siswa dan siswi baru memerkan wajah cerahnya, tergambar suasana ceria di wajah mereka masing-masing, begitupun halnya yang dirasakan oleh Tiara. Pada hari pertama itu Tiara menjadi bahan omongan dan ledekan teman-temanya dan kakak-kakak kelasnya karena kedekatannya dengan Bang Ijal. Teman-temannya menganggap ia sudah menjalin suatu hubungan antara keduanya. “Cie-cie yang baru jadian sama senior” ledek teman sekelasnya yang duduk paling pojok kelas”. “apaan sih” tegas Tiara singkat sambil senyum tanpa melihat ke arah temannya itu. Walaupun diledekin banyak teman, Tiara tetap merasa senang dengan ledekan teman-temannya.
Hari berganti hari, jalinan hubungan antara Bang Ijal dengan Tiara terus berlanjut hingga pada suatu hari ketika jam istirahat Bang Ijal menghampiri Tiara yang tengah menyantap bakso Bu Tun di kantin sekolahnya. Dewi menyambut kedatangan Bang Ijal dengan perasaan biasa saja dan langsung menawarkan makan bersama, tapi Bang Ijal menolak. sekitar 5 menit Bang Ijal membuka obrolannya dengan banyak pertanyaan-pertanyaan aneh yang dilemparkan kepada Tiara dan membuat Tiara tertawa keras hingga seisi kantin memusatkan perhatian kepada mereka berdua. Dan tiba pada akhir obrolan sebelum bel masuk kelas berbunyi Bang Ijal mengutarakan perasaannya yang ia pendam selama MOS kepada Tiara. Tiara pun membalas perasaan yang sama, yaitu perasaan suka.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan Tiara sudah mempunyai banyak teman yang dijadikan sahabat dari teman seangkatan sampai kakak kelas laki-laki maupun perempuan. Tiara menjalani hari-harinya dengan hati yang selalu tersenyum, menerima setiap keadaan yang ia lewati. Hingga pada suatu hari Bapaknya memutuskan untuk memindahkan sekolah Tiara ke suatu daerah yang terbilang jauh dari tempat tinggalnya dengan alasan tidak sempat mengirimi biaya sekolah Tiara setiap bulannya. Mendengar ajakan Bapaknya itu, Tiara tertegun, ia sama sekali tidak menginginkan kejadian ini, rasanya ia ingin berteriak, dan menangis sejadi-jadinya. Namun, apa yang bisa ia perbuat, permintaan bapak selalu tidak dapat ia tolak.
Tiara sedang asik mengenang masa lalunya, tiba-tiba salah seorang siswi di sekolah barunya yang bernama Siti mengagetkannya. Siti adalah gadis yang sangat cerewet di kelasnya, kulitnya berwarna sawo matang dan postur tubuhnya tidak gemuk tidak juga kurus dan tinggi badannya sekitar 145 cm.  “Hei, Ra, ayo masuk kelas, ngapain sih ngelamun terus, ntar kemasukan loh” ajak Siti. “Ah, iya ayo” jawab Tiara. kemudian keduanya masuk ke kelas bersamaan dan melanjutkan obrolan dengan bercerita tentang keadaan sekolah lama Tiara. Mulai dari pembicaraan itu, Tiara menjadi dekat dengan Siti dan menjalin hubungan persahabatan antara keduanya.
...ooo...